SEJARAH SINGKAT
HKJK di dirikan oleh para perantau (warga kedurang yang menetap di Jakarta) pada awal 1972 yang semula bernama K3 (Kerukunan Keluarga Kedurang). Pada awalnya dimaksudkan sebagai wadah silaturrahmi atau ajang pertemuan bagi para anggota dan keluarganya, yaitu sejenis paguyuban bagi kalangan perantau Kedurang dimanapun mereka berada. Walaupun namanya Kerukunan bukanlah berarti bahwa para perantau itu hubungan sosialnya tidak rukun antara satu dengan lainnya, melainkan merupakan wadah untuk memupuk tali ikatan persaudaraan serta menciptakan suasana pergaulan seperti biasanya di Kedurang.
Kedurang dulunya adalah suatu komuniti perikatan adat dan pemerintahan yang bernama Marga, yang dipimpin oleh seorang kepala Marga atau Pasirah (Besirah). Pasirah ini merupakan pilihan dari putra terbaik di Marga, yang dipilih secara demokratis untuk masa jabatan selama 5 tahun. Marga Kedurang terdiri dari 27 buah dusun, mulai dari Lubuk Ladung yang paling hilir sampai dusun Batu Ampar yang paling hulu. Urutan dusun ke dusun ini dari lembah Bukit Barisan sampai bermuara di pinggiran Samudera Hindia. Marga Kedurang adalah salah satu marga di kecamatan Manna kabupaten Bengkulu Selatan yang berjarak sekitar 18 km dari kota Manna. Sekarang ini akibat terjadinya sistem pemerintahan desa, maka Marga Kedurang menjadi wilatah Kecamatan Perwakilan dan dussun-dusun tadi berubah menjadi longgar, Sistem kesatuan pemerintahan marga pun menjadi lenyap seiring perkembangan zaman yang cenderung liar.
Penduduk asli marga Kedurang sebagian besar berasal dari suku Pasemah (sekitar Gunung Dempo-Sumatera Selatan), sehingga adat, bahasa dan budayanya mengikuti suku induknya yang terkenal dengan bahasa Kaghat. Tatanan adat istiadatnya bersumber dari syara' dan syara' berdasarkan Kitabullah. Dengan demikian maka semua aturan adat berdusun, pergaulan sosial, budaya dan aturan pemerintahannya sesuai dengan prinsip ajaran Agama Islam, sebagai contoh kita ambilkan beberapa falsafah kepribadian yang harus dimiliki dan di junjung tinggi oleh setiap anak keturunan tetesan darah komunitas tersebut diatas. Falsafah itu ialah berupa sepuluh perintah dan sepuluh larangan yaitu:
1. Janji nunggu
2. Kate betaruh
3. Ndepat mbalik
4. Ngutang bayar
5. Serame beghagih
6. Sanak bujang sanak gadis
7. Sesie beganti
8. Senasib sepenanggungan
9. Sepincang sepejalanan
10. Segantian setungguan
Adapun sepuluh larangan adalah:
1. Jangan nube iligh mandian
2. Jangan nutuh ranting tenggeran
3. Jangan maraskah batu kelubuk
4. Jangan numpahkah bebeghasan
5. Jangan nggunggung pelidian
6. Jangan nggunting dalam lipatan
7. Jangan nyeghuti jalan kayik
8. Jangan ngendalai tangkai padi
9. Jangan luk augh pucuk pematang
10. Jangan nyeguti ayam makan jemughan
Mohon maaf jika urutan kata dan kalimat diatas kurang tepat.
Jika saja ke dua puluh urutan prinsip kepribadian itu melekat pada diri kita, mungkin itulah yang dimaksudkan dengan istilah sekarang "manusia seutuhnya (manusia berintegrasi)". Memang kedurang merupakan salah satu marga yang potensial di kabupaten Bengkulu Selatan, terutama sumber daya alamnya yang subur dan terkenal sebagai lumbung padi dengan kualitas nomor wahid untuk beberapa masa lamanya. Sayangnya semua itu sekarang tinggal cerita dan kenangan belaka, karena semua sumber daya alamnya telah rusak akibat keserakahan kita semua.
HKJK dari masa ke masa:
1. Periode 1772-1975
Sebagai ketuanya adalah sdr. H. Baswan Hamid, waktu itu anggotanya masih sangat terbatas dikalangan para pendiri. Karena memang jumlah adik sanak Kedurang di Jakarta masih sangat sedikit. Dan keluarga para pendiri itu diantaranya adalah:
- H. Djamaluddin Nagum (alm)
- H. Djadaini (alm)
- Suparto (Mahidin) (alm)
- Amarullah (alm)
- Tabrani Yamid (alm)
- H. Hamdan Mahyudin, BA (alm)
- H. Sukiman Cikmat
- Sandrie Oesman
- Kartani Yamid
- Mulyadi Oesman
- Hanafi
- H. Darsono Muchtar, SH
- Anuar
- Marwan/Masrah
- Ma’un Sarjono
Di tambah lagi dengan beberapa mahasiswa yang sedang menuntut ilmu di Jakarta. Program dan kegiatannya pun masih sangat terbatas untuk pertemuan rutin tiap bulan, yang diselenggarakan dari rumah ke rumah secara bergiliran. Namun antusias dan semangat mereka kiranya patut menjadi tauladan bagi kita semua.
2. Periode 1975-1978
Pada periode ini HKJK dipimpin oleh H. Hamdan Mahyuddin. Kegiatan yang dilaksanakan selain pertemuan rutin mulai merambah pada kesejahteraan anggota, pengajian dan bantuan pembangunan di kampong halaman. Di antaranya ikut mempelopori pendirian SMP Karya Kedurang, yang kemudian menjadi cikal bakal SMP Negri Kedurang serta jenis bantuan lainnya.
3. Periode 1978-1981
Sebagai ketua adalah H. Kinso Abdullah dan sekretaris Sarmyawasari. Jumlah anggota dan kegiatannya semakin berkembang, selain yang bersifat rutin seperti periode sebelumnya, juga dimulai pendirian koperasi simpan pinjam (USIPA). Usaha koperasi ini juga melibatkan para pemuda seperti Dalyono Muchtar, Nurwati, Asmidi Otendo dan yang lainnya.
4. Periode 1981-1982
Periode ini kembali di pimpin oleh H. Hamdan Mahyuddin sebagai ketua dan sekretaris dipercayakan kepada Yasran Abubakar. Jumlah anggota kian bertambah banyak, sehingga dibentuk koordinator sektor-sektor seperti Tangerang, Citeureup, Bogor, Bekasi dan lain-lain, juga dibentuk sub organisasi Pemuda dan Mahasiswa program dan kegiatan berkembang secara dinamis, lebih lagi dengan kehadiran Yasran Abubakar, yang merupakan figure yang rajin, ulet dan progresif. Karya terbaik diantaranya adalah pembuatan Anggaran Dasar dan Anggaran Dasar Rumah Tangga HKJK sekaligus penerbitan buku pertama tentang HKJK. Sayangnya kepengurusan ini tidak habis sampai masa kepengurusannya disebabkan adanya missorganisasi.
5. Periode 1982-1988
Sebagai ketua adalah H. Amarullah MS dan sekretarisnya Asikin yang kemudian dilanjutkan oleh Nirsantono Hasnul. Pada masa ini merupakan catatan prestasi tersendiri, karena selain masa kepemimpinan yang terpanjang (satu setengah periode), juga meraih berbagai prestasi yang spektakuler untuk ukuran kita. Keberhasilan tersebut antara lain: dibidang Seni Budaya hamper setiap tahun Pemuda-Pemudi kita tampil di pentas Anjungan Bengkulu TMII, bahkan beberapa kali mewakili Propinsi Bengkulu di even tari Nasional (kerjasama Perwakilan Propinsi Bengkulu). Bidang Olah Raga juga tidak kalah ketinggalan, anak-anak muda secara rutin berlatih dan bertanding dengan markasnya di Pulo Mas, dibidang Komunikasi dan Jurnalistik, selama 4 tahun secara berkala dapat menerbitkan Buletin HKJK yang disponsori oleh Bapak H. Djamalludin Nagum dan pimpinan redaksi A. Mulawarman dan Nirsantono Hasnul yang didukung secara aktif oleh seluruh pemuda dan mahasiswa kita pada waktu itu.
Dibidang bantuan pembangunan dan sosial, ikut membantu pendirian SMP Muhammadiyah di dusun Palak Siring, perbaikan beerapa Masjid dan bantuan bencana alam (banjir) di kedurang tahun 1986. Dibidang dakwah, selain pengajian rutin juga setiap tahun ikut menjadi panitia Halal Bihalal antara masyarakat Bengkulu Selatan, dan berhasil mempelopori Halal Bihalal antar masyarakat Kedurang, Kinal, Kelam dan Padang Guci (untuk pertama kalinya dan terakhir kalinya).
Mungkin perlu kita simak mengapa pada masa ini dapat sesukses itu…??? Selain peran figure seorang ketua dan partisipasi nyata seluruh anggotanya, juga menyatunya potensi pemuda dan mahasiswa baik yang perantau dari Keduarang maupun yang kelahiran Jakarta. Mereka dapat tampil kompak terorganisir dengan rapi, sehingga semua visi dan misi dapat diraih secara memuaskan. Dulu tiap kali ada pertemuan rutin bapak-bapaknya selalu mengajak anak-anaknya (putera/puteri) sehingga anak-anak itu akrab satu dengan lainnya. Anak-anak, bujang gadis, semua akrab dan saling kenal. Lalu sekarang bagaimana…???? Jangankan kita mengajak anak-anak, kita sendiri pun agak kurang partisipasinya, kalaupun datang hanya kita yang tua-tua yang nota bene memang sudah saling kenal.
6. Periode 1988-1990
Drs. H. Djumairi sebagai ketua dan sekretaris A. Mulawarman. Pada periode ini prakarsa pemuda dan mahasiswa mulai agak menurun, tetapi kegiatan rutin dan bantuan pembangunan serta social terus dapat dikelola dengan memuaskan. Salah satu bakti yang menonjol adalah mempelopori pendirian Drumband SMP Muhammadiyah Palak Siring, dengan sponsor tunggalnya adalah ketua sendiri. Untuk beberapa waktu drumband SMP ini cukup dikenal di Bengkulu Selatan, entahlah kini mungkin sudah lenyap dimakan usia, khabarnya SMP pun sudah lenyap di telan waktu. Kegiatan HKJK pun cenderung menurun salah satu kendalanya adalah kesibukan dari ketua yang waktunya sangat terbatas, bahkan selajutnya beliau pindah tempat tugas diluar kota Jakarta, sehingga masa kepengurusan ini tidak sampai habis sesuai waktunya.
7. Periode 1990-1994
Tampil sebagai ketua Dalyono Muchtar dengan sekretaris tetap dipegang oleh A. Mulawarman. Pada masa ini walaupun tingkat partisipasi anggota agak merosot, tetapi program dan kegiatan yang bersifat rutin tetap berlangsung sesuai kebutuhan. Seperti Halal Bihalal tahunan seluruh masyarakat Kedurang se-Jabodetabek dapat diselenggarakan secara meriah, kemudian bantuan pembangunan di Kedurang pun tidak terabaikan. Diantaranya membantu rehabilitasi Masjid Desa Tnajung Alam dan bantuan kepada bebrapa pemuda kita yang mendapat masalah di bekasi, tangerang dan cikarang.
8. Periode 1994-1999
Sebagai ketua Asmidi Otendo SH dan sekretaris A. Mulawarman. Seiring kondisi Negara kita yang dilanda krisis multi dimensi, maka mau tak mau itupun berpengaruh secara signifikan kepada masyarakat kita. Meski demikian dinyatakan kita masih dapat berkarya untuk sesame kita, dimana kegiatan rutin tetap berjalan seperti sebelumnya. Bahkan lebih dari itu, bantuan pembangunan masih dapat dilakukan walau tidak semua anggota HKJK ikut berpartisipasi nyata. Diantaranya ikut aktif mempelopori secara moral dan material pembangunan Masjid Istiqamah Palak Siring, Kedurang. Kiranya bakti nyata itu patut dicatat oleh masyarakat kita sebagai rasa peduli yang tak kunjung pupus, terhadap masyarakat kita di Kedurang ataupun diperantauan.
9. Periode 1999-2004
Sebagai ketua A. Mulawarman dan sekretaris Sidi Horman untuk masa kepengurusah ini belum banyak yang dapat kita catat, karena program dan kegiatannya masih dirumuskan, kecuali yang bersifat rutin. Namun paling tidak mereka akan berusaha memberikan yang terbaik seperti periode-periode sebelumnya. Contohnya penerbitan buku informasi HKJK merupakan bukti kesungguhan dari bakti mereka.
Akhirnya setelah kita membaca catatan ini, kiranya kita dapat bercermin diri melihat keberadaan kita masing-masing sebagai anggota kelompok masyarakat yang telahirkan dari komunitas yang sama. Apakah kita semua masih punya rasa, masihkah ada cinta antar sesame, ingatkah kita akan gughuk ayik during, panggangan mungkus, lembak dan daghat…?
Kami yakin semua masih sama, kita masih seperti dulu, siapapun, dimanapun, dan bagaimanapun kita tidak mungkin hidup sendiri. Kalaulah ada yang lupa kita renungkan falsafah nenek moyang berupa prinsip kepribadian yang tertulis di atas sebagai bukti bahwa kita masik akan cucu tetesan darahnya. Insya Allah!!!!
VISI
“MENCIPTAKAN WARGA ANAK JURAI KEDURANG MENJADI WARGA MASYARAKAT MADANI”
MISI
- Melestarikan adat istiadat yang tertuang dalam buku “Selimber Caye” sebagai prikehidupan pribadi, keluarga dan sosial
- Meningkatkan pemahaman keagamaan dan ketaatan beribadah didalam kehidupan sehari-hari
- Menggalakkan dan memotivasi setiap anak jurai kedurang agar gandrung tehadap ilmu pengetahuan dan tehnologi
.